Study Tiru Kelompok Tani Pulai Raya Sakato di Sawah Bangsa

56
0

MSM TV, Kamang Magek Agam – Keltan Pulai Raya Sakato Gadut perkuat sinergi dan Study Tiru Ke Keltan Sawah Bangsa untuk menjawab berbagai persoalan yang dihadapi oleh petani yang dihadiri oleh sejumlah kelompok tani dan KWT serta didampingi langsung oleh penyuluh Nagari Gadut (BPP Tilatang Kamang) digelar di sekretariat Keltan Sawah Bangsa Jorong Bansa Nagari Kamamg Mudik Kecamatan Kamang Magek kabupaten Agam pada Rabu (17/04/24)

Diitengah krisis dan badai yang melanda yang terus menghimpit sejumlah petani di berbagai daerah tidak membuat para petani yang ada Nagari Gadut kecamatan Tilatang Kamang frustasi dan menyerah dengan keadaan

Keltan Pulau Raya Sakato Nagari Gadut dan sejumlah Keltan lainnya melakukan studi tiru di salah satu kelompok tani ternama karena menjadi tempat studi tiru dan banding Keltan luar daerah yang berlokasi di Kecamatan kamang magek kabupaten Agam.

Sebagai wadah untuk berikhtiar dalam menghadapi berbagai persoalan yang dihadapi. Riza Yendra, S.Pt. sebagai tokoh, Ketua Keltan Sawah Bangsa yang sudah sangat dikenal dan dekat kalangan petani hadir sebagai pakar dan nara sumber dalam studi tiru.

Menurut Yendra, S.Pt. kompos merupakan barang yang lapuk baik secara alami maupun menggunakan tekhnologi yang berasal dari limbah hewan, tumbuhan maupun limbah rumah tangga dan sejenisnya

Yendra juga menunjukkan berbagai produk olahan pupuk organik cair dan padat demi memberikan semangat dan motivasi guna meyakinkan kepada audien yang hadir siapapun bisa melakukannya

Riza Yendra dikenal ramah yang biasa disapa Yen sangat komitmen dalam berikan penyuluhan maupun kegiatan usaha pertanian dan peternakan berharap petani sudah saatnya mandiri dan mulai berpikir memproduksi sendiri pupuk bahkan bisa menjual bukan sebaliknya terus membeli pupuk.

Yendra melanjutkan, bila petani terus bergantung pada pupuk kimia apalagi membeli maka akan diatur dan dikendalikan orang lain sementara sumber dan bahan tersedia sangat menumpuk.

“Dipersilakan datang untuk berbagi ilmu dan pengalaman, dan khusus setiap hari Selasa diagendakan praktek langsung cara pembuatan pupuk kompos organik sementara alat dan bahan sudah disediakan gratis” ujarnya penuh ramah tanpa jumawa

Syaiful Amri Datuk Maka, seorang tokoh sekaligus Ketua Keltan Pulai Raya Sakato tetap optimis ditengah persoalan yang dihadapi petani terutama masalah pupuk dan hama yang mendera serta hal lainnya.

“Melalui studi tiru di Keltan Sawah Bangsa sebagai bentuk tanggung jawab moral dan kepedulian sosial terhadap keresahan petani, berkurangnya subsidi pupuk belum lagi kualitas dan harga HET tidak sesuai” tutur SA Dt. Maka penuh prihatin

Menurut Datuk Maka, studi tiru memberikan banyak manfaat selain pembuatan pupuk organik bukan hanya menjawab persoalan petani sekaligus memberikan efek terjaganya lingkungan dan ekosistem seperti manusia dan hewan

“Terutama para ibu rumah tangga bisa memanfaatkan limbah rumah tangga untuk dijadikan pupuk organik seperti sisa buah sayur atau air cucian beras” tuturnya penuh harap

Datuk Maka berharap dengan kegiatan ini bisa menggerakkan semangat dan motivasi sehingga lahir keltan yang mandiri menuju sejahtera

Rena, Penyuluh Nagari Gadut, kegiatan hari ini lebih tepatnya disebut studi tiru karena belum memulai secara menyeluruh di daerah binaannya sekaligus wadah membangun relasi yang lebih kuat dan luas

Rena memberikan apresiasi, semangat dan motivasi yang dimiliki oleh kelompok tani yang ada di Gadut mudah-mudahan bisa menjadi ilmu dan pengalaman serta inspirasi untuk dibawa pulang dan dikembangkan

Salah satu aktifis petani, MY berpendapat permasalahan pupuk mahal, langka, dan tidak berkualitas, serta jumlah stok yang dikurangi di Indonesia terjadi karena .

Pengaruh peperangan Rusia dan Ukraina yang merupakan sumber terbesar fosfat (P) dan kalium (K), bahan pupuk

Pengurangan subsidi membuat harga pupuk subsidi menjadi sangat mahal dan harus dibeli secara paket dengan pupuk nonsubsidi.

MY juga menyatakan kendati Peraturan Menteri Pertanian Nomor 10 Tahun 2022 telah terbit tidak menjadi jaminan memberikan solusi yang tepat , karena ketersediaan pupuk bersubsidi tidak selalu sesuai dengan permintaan, dan harga yang mahal membuat petani besar yang memiliki kartu tani mendapatkan pupuk subsidi, bahkan sebagian petani pemilik kartu tidak bisa memanfaatkan.

Margaret Hanum ketua KWT Bungo Tibarau Gadut yang sudah sering ikut pelatihan merasakan manfaat langsung dari pelatihan ini , menurutnya sumber dan bahan sudah tersedia tinggal kemauan dari ibu sehingga tidak perlu beli pupuk lagi dan ramah lingkungan.

Selain kegiatan diskusi inter aktif dan sambung rasa penuh kekeluargaan juga mengunjungi beberapa lahan pertanian yang sudah menggunakan pupuk organik seperti sawah dan kegiatan tersebut berakhir hingga siang hari.

( Faisal Koto/Yaman_ Biro MediaSuaraMabes Agam )