Ngabuburit Kebinekaan, Kerukunan Lintas Iman Di SD Kanisius Mlese Selasa, 18 April 2023 (Pembelajaran Kotekstual)

109
0

MSM TV, Jakarta – Ternyata, istilah ngabuburit berasal dari bahasa Sunda. Apa arti dari ngabuburit? Menurut Kamus Bahasa Sunda yang diterbitkan Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS), kata ngabuburit berasal dari kalimat ngalantung ngadagoan burit atau bersantai sambil menunggu waktu sore.

Meski dari bahasa Sunda, ngabuburit atau mengabuburit juga sudah masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Menurut KBBI, ngabuburit atau mengabuburit artinya menunggu azan magrib menjelang berbuka puasa pada waktu bulan Ramadan.

Sementara jika diterjemahkan secara Sunda, seperti dilansir situs PPID Kota Serang, kata ngabuburit terdiri atas dua komponen. Pertama adalah ‘nga’ yang merupakan sebuah imbuhan karena adanya pengulangan Sementara jika diterjemahkan secara Sunda, seperti dilansir situs PPID Kota Serang, kata ngabuburit terdiri atas dua komponen. Pertama adalah ‘nga’ yang merupakan sebuah imbuhan karena adanya pengulangan.

Seperti tahun yang lalu, SD Kanisius Mlese kembali menggelar acara Kerukunan Lintas Iman untuk menyemarakkan bulan Ramadhan, sekaligus sebagai wujud toleransi beragama. Kegiatan yang bertajuk Ngabuburit Kebhinekaan ini diadakan 4 hari menjelang Hari Raya Idul Fitri, Selasa (18/4/2023) peserta Ngabuburit ini adalah SD kelas 1 s.d kelas 6, Sebagian alumni SD Mlese, perwakilan orang muda Katolik, Protestan dan orang muda Islam seputar Sekolah, Desa Sragon Mlese, Klaten Jawa Tengah.

Acara ini digagas untuk membangun kerukunan dengan mengusung nilai nilai toleransi. SD Kanisius Mlese yang dinakhodai oleh Lukas Triyanta ini, berupaya untuk menanamkan sikap menghargai dalam keberagaman, dan membentuk karakter siswa agar menjadi pelajar yang pancasilais.

Seperti yang diungkapkan Kepala sekolah SD Kanisius Mlese, Lukas Triyanta dalam sambutannya mengatakan, sesuai konteks SD Kanisius Mlese yang komunitasnya beragam, selalu melembari gerak langkah dengan semangat njenggirat nguripi urip, (semangat menghadapi tantangan dan mengajak insan Pendidikan bergerak mengembangkan kwalitas siswa-red), termasuk menghidupi perbedaan. ”

Kami ingin mewujudkan pendidikan yang pruralis berdasar pancasila sebagai pemersatu bangsa ” ungkapnya seraya menambahkan, SD Kanisius Mlese adalah sekolah yang terbuka untuk memeluk semua perbedaan yang ada sebagai keindahan yang mempersatukan.

Acara ini terselenggara, atas kerjasama dewan guru, Komite Sekolah serta seluruh karyawan SD Mlese. Acara Ngabuburit Kebhinekaan dimulai pukul 16. 15 wib dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars SDK Mlese. Semua peserta juga menikmati edukasi tentang kerukunan umat beragama lewat pemutaran video berdurasi 1 menit dengan judul berbeda itu indah.

Di dalam acara ini, siswa SD Kanisius Mlese ikut berpartisipasi mempersembahkan gerak lagu profil pelajar pancasila, dilanjutkan talk show tentang kerukunan lintas iman. Acara talk show menghadirkan Gatot Supriyanto (Ketua Pemuda Gereja Kristen Getsemani Trucuk), Serly (Remaja Katolik Gereja St. Theresia Jombor), Garda Lanang (Remaja Kristen GKG), Mukti (Remaja Masjid Roudhotus Sholihin) dan Vinsen (siswa kelas IV SD Kanisius Mlese).

Keempat nara sumber terlibat dalam obrolan hangat tentang pentingnya membangun kerukunan dengan pemandu acara Tuti Ekowati. Untuk diketahui Keunikan sekolah ini pernah juga dipublikasi Jurnalis Liputan Nysantara DKI Jakarta, edisi 22 Maret 2023 dibawah judul “SD Kanisius Mlese menyusuri sungai sebagai pembelajaran kontekstual” dalam rangka memperingati hari air sedunia yang diperingati 22 Maret2023).

Lebih lanjut, Ketua pemuda Gereja Kristen Getsemani, Gatot Supriyanto menyambut positip terwujudnya acara ngabuburit kebhinekaan. ” Kegiatan seperti ini baik sekali karena memupuk persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman, termasuk beragama ” ujarnya.

Guru dan murid SD Kanisius Mlese sore itu berbaur jadi satu dengan para alumni untuk menikmati indahnya kebersamaan di bulan Ramadhan. Momentum ini juga menjadi kesempatan reuni bagi para alumni SD Kanisius Mlese, sekaligus ajang bersilaturahmi. Firna dan Pita adalah pemeluk agama Islam yang turut mendukung kegiatan lintas iman.

Kedua alumni tersebut membagikan pengalamannya belajar di sekolah Katolik ” Saya alumni SD Kanisius Mlese. Saya beragama Islam. Di sekolah ini, saya tetap bisa menjalankan ibadah sesuai kepercayaan saya sebagai seorang muslim ” tutur Firna sambil tersenyum.

Begitu pula Pita yang mengungkapkan rasa senangnya bersekolah di SD Kanisius Mlese ” Saya senang sekolah disini karena mengutamakan kerukunan, baik yang beragama Kristen, Katolik maupun Islam ” kenangnya.

SD Mlese ini patut menjadi contoh yang sangat Toleran dan rukun bagi sekolah lain?. Bagaimana dengankaum milenial dan orang dewasa, yang akhir -akhir ini intoleran ? Kegiatan yang berlangsung selama 2 jam tersebut berlangsung tertib dan lancar serta penuh kegembiraan, ditutup dengan doa lintas iman yang diwakili oleh Pita (Islam), Cika (Kristen) dan Yoga (Katolik).

Sembari menunggu adzan magrib berkumandang maka diputar video toleransi beragama, sambil disuguhkan teh manis, snack ringan dan semangkok bakso yang lezat dan nikmat disantap hangat hangat. Saat jam berbuka puasa tiba, semua peserta menikmati semua hidangan dengan sukacita, dilanjutkan acara ramah tamah. Semua peserta larut dalam keakraban bercengkerama satu dengan yang lainnya.

Ketua Panitia Ngabuburit Kebhinekaan, Martinus Sugita mengaku terharu melihat kebersamaan yang terwujud lewat kegiatan lintas iman. ” Semoga kegiatan ini berdampak positip bagi semua pihak. Kegiatan ini adalah bagian dari pendidikan kontekstual keberagaman dan toleransi ” ujarnya seraya menyampaikan harapan agar SD Kanisius Mlese semakin diminati dan di hati masyarakat, serta semakin banyak orang tua yang melirik sekolah ini untuk putra putri mereka.tutupnya.( Ring-o)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here