EUDAIMONIA, Apa Arti dan Maknanya ? (Oleh Adharta Ongkosaputra, Ketum KRIS)

46
0

MSM TV, Jakarta – Adharta yang menjadi Ketua Umum KillCovid-19 Relief International Service (KRIS), dalam WAG nya Senin 5 Februari mengatakan akan membuat satu tulisan dengan harapan semoga berguna dan bermanfaat bagi suadaraku, Sahabat dan semua komunitas.

Menurutnya, Eudaimonia adalah istilah untuk kebaikan manusia tertinggi atau kebahagiaan. Dalam tradisi Yunani kuno. Ini kata dia, adalah tujuan filsafat praktis, termasuk etika dan filsafat politik untuk mempertimbangkan dan mengalami apa negara ini sebenarnya, dan bagaimana hal itu dapat dicapai.

Dengan demikian merupakan konsep sentral dalam etika. Aristotelian dan filsafat Helenistik berikutnya, bersama dengan istilah arete (paling sering diterjemahkan sebagai ‘ kebajikan ‘ atau ‘keunggulan’) dan phronesis (kebijaksanaan praktis atau etis).

Sejarah Singkat Eudaimonia, Sebagaimana dicatat, konsep Eudaimonia dapat ditelusuri kembali ke Etika Nicomachean karya Aristoteles . Namun sebelumnya, para filsuf Athena seperti Socrates dan Plato (mentor Aristoteles) sudah memiliki konsep serupa.

Socrates tentang Eudaimonia : Socrates, seperti Plato, percaya bahwa kebajikan (atau arête, gagasan tentang kebajikan) adalah suatu bentuk pengetahuan, khususnya, pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat (Bobonich, 2010).

Artinya, ia melihat banyak kebajikan – keadilan, kesalehan, keberanian sebagai satu kesatuan. Artinya, semuanya adalah satu, dan semuanya merupakan pengetahuan.

Plato dan Eudaimonisme : Dalam nada yang serupa, Plato percaya bahwa individu secara alami merasa tidak bahagia ketika mereka melakukan sesuatu yang mereka tahu dan akui salah (Price, 2011).

Eudaimonia, menurut Plato, adalah tujuan tertinggi dan akhir dari pemikiran moral dan perilaku.
Meskipun demikian, meskipun Plato diyakini telah menyempurnakan konsep tersebut, dia tidak memberikan definisi langsung mengenai konsep tersebut.

Seperti halnya Socrates, ia melihat kebajikan sebagai bagian integral dari eudaimonia. Ada satu hal yang perlu diperhatikan pada saat ini. Jika gagasan tentang ‘tujuan akhir’ bagi individu mulai terdengar familier, yakinlah bahwa ada alasan bagus untuk berpikir demikian. Kesamaan antara eudaimonia dan konsep seperti aktualisasi diri Maslow (1968) memang diterima secara luas dalam literatur psikologi (Heintzelman, 2018).

Eudaimonia Aristoteles : Banyak interpretasi telah ditawarkan untuk eudaimonia Aristoteles, dengan konsensus umum mengenai gagasan bahwa eudaimonia mencerminkan “ pengejaran kebajikan, keunggulan, dan yang terbaik dalam diri kita ” (Huta & Waterman, 2014: 1426).

Artinya, ia percaya eudaimonia adalah aktivitas rasional yang bertujuan mengejar ‘apa yang berharga dalam hidup’.

Jika Anda bertanya kepada Aristoteles sendiri apa itu kebahagiaan, inilah yang akan dia katakan:
“…Beberapa orang mengidentifikasi kebahagiaan dengan kebajikan, beberapa dengan kebijaksanaan praktis, yang lain dengan semacam kebijaksanaan filosofis, yang lain dengan ini, atau salah satunya, disertai dengan kesenangan atau bukan tanpa kesenangan; sementara yang lain juga mencakup kemakmuran eksternal… tidak mungkin bahwa… hal ini sepenuhnya salah, namun justru benar setidaknya dalam beberapa hal atau bahkan dalam banyak hal.

Hidup Bahagia Menurut Aristoteles : Sejujurnya, sebagian besar Etika Nichomacean membahas tentang apa yang bukan tentang kebahagiaan . ‘Memuaskan nafsu makan’, menurut Ryan dan Singer, serupa dengan “kehidupan yang cocok untuk binatang”, menurut sang filsuf (2006: 16). Pengejaran kekuasaan politik, kekayaan materi, bahkan kesenangan dan waktu luang, ia anggap sebagai “hal-hal yang menggelikan”, lebih rendah daripada “hal-hal serius” (Ryff & Singer, 2008: 16).

Sebaliknya, kebahagiaan adalah ‘perantara’, atau ‘jalan tengah’ antara kekurangan dan kelebihan (Ryff & Singer, 2008). Salah satu contoh kebajikan sebagai titik tengah antara dua ekstrem adalah keberanian – sebagai suatu kebajikan, ia berada di tengah-tengah antara kecerobohan dan kepengecutan (Kings College London, 2012).

Kembali ketulisan Adharta diatas tadi, dia menuliskan bahwa, Dalam sebuah karya Aristoteles, Eudaimonia adalah istilah untuk kebaikan manusia tertinggi atau kebahagiaan. Dalam tradisi Yunani kuno.Ini adalah tujuan filsafat praktis, termasuk etika dan filsafat politik untuk mempertimbangkan dan mengalami apa negara ini sebenarnya, dan bagaimana hal itu dapat dicapai.

Diskusi tentang hubungan antara thik aret (kebajikan karakter) dan Eudaimonia (kebahagiaan) adalah salah satu perhatian utama dari etika kuno, dan subjek dari banyak ketidak sepakatan. Akibatnya, ada banyak jenis eudaimonisme. Sebagai titik tolak mempertemukan kita membangun NKRI Terutama saat saat memasuki minggu tenang Pemilihan Umum 14 Februari 2024 yang akan datang, yaitu

1. Jangan berbicara hal hal Negatif, Dan jangan memposting berita atau menulis hal-hal ber intrik kebencian dan fitnah Walaupun hati anda ingin memforwad atau meneruskan berita berita tersebut, Tetapi semua dipikirkan nilai EUDAIMONIA. Kebijaksanaan yang menimbulkan keharmonisan dan Kebahagiaan

2. Pilih dan pastikan anda memilih sesuai hati Nuranimu Tidak usah berdebat Bahwa Paslon anda lebih baik. Dan Paslon Orang lain lebih jelek. Apapun yang sudah disepakati semua Paslon adalah putra terbaik Indonesia

3. Ingatkan semua saudara, sahabat, keluarga dan Komunitas untuk berbagi tentang apa itu EUDAIMONIA, Tentang kebijaksanaan untuk berbahagia Jika terjadi perselisihan antara anda dan pihak lain masalah Paslon anda lebih baik memilih DIAM ini sangat bijaksana

4. Jika ada hal hal yang negatif menggiring anda ke perbedaan pendapat, Ada baiknya anda berkonsultasi dengan orang lebih tua, Penasihat spiritual,Para alim ulama.Jangan terburu buru memutuskan membenci atau memutuskan hubungan keluarga. Ada baiknya anda mengenal EUDAIMONIA

5. Ibadah terbaik adalah menyenangkan hati saudara, sahabat, dan keluarga, Pikirkan semua hal yang berguna, Baik untuk anda, Baik untuk sesama, Baik untuk Negara Kita tercinta Indonesia
Saya sangat berharap kata Adharta, mengakhiri tulisannya ,Anda bisa masuk dalam Lingkaran EUDAIMONIA, Bersama saya kita menuju Indonesia Damai, tenang, bersahabat dalam Cinta kasih.(Ring-o)