Sidang KWI 2023: Berjalan Bersama Menuju Indonesia Damai (7-14 November)

52
0

MSM TV, Jakarta – “Dengan penuh syukur kepada Tuhan dan dalam kebersamaan para uskup, para pastor, para suster, saudara-saudari di Konferensi Waligereja Indonesia. Saya membuka Sidang Tahunan Konferensi Waligereja Indonesia 2023”. Demikian Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC, Ketua KWI membuka sidang sambil mengetuk Palu tiga kali ( Mirifika.Net).

Selanjutnya Mgr. Anton menyampaikan kata sambutan dengan sebuah ungkapan Syukur karena sidang boleh digelar di Gedung KWI yang baru meski belum selesai dibangun: “Kita bersyukur kepada Allah atas anugerah-Nya yang besar hingga kita diperkenankan melakukan sidang KWI di aula Kantor Konferensi Waligereja Indonesia yang masih dalam proses penyelesaian. Semoga nanti kita dapat memberkati kantor ini tepat pada 100 tahun sejak pertama kali para Uskup berkumpul, 15 Mei 1924.”

Menurut Mgr. Antonius Uskup Bandung ini, sidang KWI yang dihadiri 70 orang: terdiri dari 34 uskup, 2 administrator diosesan, 1 vikjen, 5 uskup emeritus, 2 dari Koptari, 2 dari Unio, 24 Sekretaris, pengamat sidang dan pengamat hari studi, berlangsung dalam Konteks 3 peristiwa besar di tahun 2024, yaitu Pemilihan Presiden dan wakilnya 14 Februari 2024, 100 tahun KWI, 15 Mei 2024 dan Penutupan Sidang biasa ke XVI Sinode para uskup di Roma Oktober 2024. Di tengah-tengah tiga konteks ini Sidang KWI berlangsung dengan tema “berjalan bersama menuju Indonesia Damai”.

Dalam sambutannya, PLT. Dirjen Bimas Katolik, menyampaikan bahwa tema berjalan bersama menuju Indonesia damai sangat aktual dan menjadi tanggung jawab bersama. Selanjutnya, Sumardjono berharap semoga pembahasan dalam sidang KWI mewujud menjadi pemikiran dan sikap tentang tata dunia yang sungguh-sungguh adil dan harmonis yang ditegakkan atas dasar penghormatan terhadap kesetaraan hak dan martabat antara sesama menuju cita-cita damai.

Sementara itu Ketua PGI. Pendeta Goemar Gultom, M.Th, memberi penghargaan atas kesempatan yang diberikan atas nama PGI menyapa para uskup, mengucapkan selamat bersidang dan mengapresiasi atas penggunaan Gedung baru yang dalam tahap penyelesaian. Berbicara tentang relasi PGI-KWI, Pdt. Gultom menyampaikan, “Kerja-kerja bersama PGI-KWI dari tahun ke tahun makin mempererat insan kristiani di bumi Indonesia dalam merefleksikan peran sosialnya di tengah-tengah Masyarakat dan bangsa”.

Lebih lanjut Pendeta Gultom berharap kiranya Persidangan yang terjadi di tengah-tengah pergumulan kongrit bangsa dan Masyarakat Indonesia teristimewa di ambang Pemilihan Umum, dapat memberi inspirasi baru dalam merumuskan panggilan dan sikap teologis di tengah pergumulan Kongrit Masyarakat Indonesia saat ini. Pendeta Gultom mengajak KWI bersama PGI mengawal Penyelenggaraan Pemilu 2024 supaya sungguh berkualitas dan dapat terjadi dengan mengedepankan nilai-nilai demokrasi yaitu Kemanusiaan, kesetaraan dan keadilan.

Mengakhiri sambutannya, Pendeta Gultom berharap “Semoga persidangan kali ini semakin Menyadarkan kita akan peran gereja dalam menanamkan nilai-nilai etis, moral dan spiritual kita dalam berbangsa”.

Menjadi pemberi kata sambutan terakhir dalam Upacara Pembukaan Sidang KWI, Uskup Agung Piero Pioppo, Nunsio Apostolik, Duta Besar Tahta Suci Vatikan untuk Indonesia, mengawali sambutannya dengan mengutip Kitab Mazmur seratus tiga puluh tiga: “Alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun”!

“Hari ini, di hadapan Tuhan dan kita semua, kata-kata ini sungguh benar! Dan ini terutama karena, dalam Sidang kita ini, yang memperingati seratus tahun berdirinya Konferensi Waligereja kita, dan terlebih, kita berkumpul di dalam gedung KWI yang baru dan indah, yang hampir selesai.”ujar Uskup Agung Piero Pioppo, Nunsio Apostolik,yamg juga menjadi Duta Besar Tahta Suci Vatikan untuk Indonesia.

Selanjutnya Nonsuits Apostolik menyatakan bahwa kata-kata Raja Daud di atas adalah sebuah Pengamatan, Keinginan dan Komitmen.

Sebuah pengamatan. “Kita semua berkumpul di sini, dalam kehadiran Kristus Sang Gembala Baik, yang meneguhkan kita, membuat kita menjadi satu dengannya, dan menyemangati kita. Tidak ada di antara kita, yang dikecualikan dari kasih-Nya! Kita semua hadir di hadapan Tuhan! Tanpa perbedaan apapun: Uskup-uskup yang mengemban pelayanan episkopal, dan Uskup-uskup emeritus, uskup-uskup yang sehat dan yang sedang menderita, uskup-uskup muda dan mereka yang sudah lanjut usia, serta berpengalaman dalam memimpin. Kita semua bersatu! Oleh karena itu, kita harus penuh sukacita dan kepercayaan dalam Tuhan, satu-satunya alasan hidup kita, dan pelayanan kita, bagi Gereja Universal dan Gereja-Gereja lokal kita.” tutup Nonsuits Apostolik.(Ring-o)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here